Chapter IX
* * *
Pagi itu, entah pukul berapa aku terbangun dari tidurku karena Icha menjepit hidungnku sampai aku gelagapan kehabisan nafas. Hampir aku memarahinya karena kesal, tapi saat ku lihat Icha duduk di tepi ranjang tersenyum ke arahku membuat rasa marahku sirna seketika. Bukan karena senyumnya sebenarnya, tapi karena ku lihat Icha masih tanpa busana dengan wajah segar dan rambut yang
No comments:
Post a Comment