“Ahhh.. Kak, Oooouuuuuhhh..” Husna mengerang, kukunya menggores punggungku.
Pinggulku terus bergerak, naik, turun, menekan, menarik, cepat, mendesak, tanpa jiwa.
“Terus, kak, terus.. Aaahhhh.. Ahhhh..”
Husna mereguk gairah yang sekian lama tertunda. Ini bukan cinta, kami berdua menyadarinya. Hanya pelampiasan atas sesuatu yang terasa belum selesai.
***
Kak, temenin gih.. mati listriknya
No comments:
Post a Comment